Update Berita:

Taujih Jumadits Tsani 1432 H

Ikhwah fillah rahimakumullah,

Adalah karunia besar dari Allah swt bagi manusia ini, ketika Allah berikan kemampuanmendengar, melihat dan berfikir dengan baik.

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78)”

Karunia yang sekaligus menjadi keunggulan manusia dari makhluk yang lain. Karena besar yang hanya diberikan kepada manusia.

Ikhwah fillah rahimakumullah
 
Kaidah umum yang harus kita fahami dalam menyikapi setiap anugerah Allah ini adalah bahwa semua pemberian Allah pada manusia ini pastilah disertai aturan-aturan dan batasan-batasan tertentu.
 
Aturan dan pembatasan bagi manusia adalah fitrah manusia itu sendiri. Manusia adalah makhukyang terbatas umurnya, terbatas kemampuannya, terbatas ilmu pengetahuannya, dsb. Maka pembatasan-pembatasan dan aturan-aturan ini sesungguhnya untuk menjaga kemaslahatan manusia itu sendiri. Apa jadinya jika manusia, makhluk terbatas ini hidup tanpa batasan-batasan? Maka yang terbaik adalah jika manusia mampu membatasi diri untuk hanya melakukan hal-hal yang berguna, dan mampu menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak berguna baginya. Rasulullah SAW menegaskan:

Dari Abu Hurairah –ra- berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Di antara ciri kebaikan Islam seseorang adalah ia meninggalkan apa yang tidak berguna baginya” (HR. Ibnu Majah)

Ikhwah fillah rahimakumullah
 
Di antara batasan penting yang harus kita lakukan adalah membatasi pendengaran, pandangan danucapan.
Allah SWT menyerukan kaum mukminin dan mukminat untuk pandai menjaga pandangan, (QS.An-Nur: 30-31) dan tidak membiarkan matanya liar menatap dan melihat apa yang ditemukannya.
 
Rasulullah SAW pernah mengingatkan Ali bin Abi Thalib:
“Wahai Ali, janganlah kamu ikuti pandanganmu itu dengan pandangan berikutnya, karena kamu boleh melihat yang pertama dan tidak boleh pada pandangan berikutnya” (HR. Ibnu Majah)

Allah SWT juga mengingatkan orang –orang beriman untuk tidak membiarkan pendengarannya menyerap apa saja tanpa sensor. Allah SWT menjadikan hal ini sebagai salah satu ciri iman mereka.
 
Firman Allah SWT yang artinya:
“Dan apabila mereka mendengar Perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: Bagi Kami amal-amal Kami dan bagimu amal-amalmu, Kesejahteraan atas dirimu, Kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil” (QS. Al-Qashash: 55)

Di antara ciri ibadurrahman (hamba-hamba Allah) yang akan dijanjikan masuk surga adalah mereka yang 
mampu menjaga diri dari perbincangan bodoh.

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan” (QS. Al-Furqan: 63)

Ikhwah fillah rahimakumullah
 
Hal penting yang perlu juga dikendalikan dan dibatasi adalah tutur kata. Turur kata adalah cermin kepribadian seseorang. Turur kata ibarat isi teko yang keluar ketika dituangkan. Jika teko itu berisi air putih, maka ketika dituang akan keluar air putih, jika berisi kopi akn leluar kopi, jika berisi bir akan keluar bir.
 
Rasulullah SAW memberikan garansi surga kepada siapa saja yang bisa mengendalikan mulutnya

Di antara pesan penting dalam bertutur kata itu antara lain:
1. Memilih kalimat yang indah dan baik serta menghindarkan pilihan kata-kata yang kurang baik, apalagi
buruk dan jorok.
“Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: Hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia” (QS. Al-Isra: 53)
2. Tidak berdusta/berbohong (tidak sesuai dengan fakta). Rasulullah SAW memperingatkan:
” Jauhilah dusta, karena sesungguhnya dusta itu menuntun kepada perbuatan curang, dan kecurangan akan menngantarkan ke neraka. Dan seseorang sungguh akan berdusta dan memilih dusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta” (HR. Abu Daud)
3. Menggunakan volume suara sesuai dengan kebutuhan (tidak terlalu keras juga tidak terlalu pelan)
4. Berbicara dengan wajar dan tidak dibuat-buat
5. Bisa menjaga rahasia, tidak menyampaikan apa saja yang didengar, tidak mengungkapkan data yang dimiliki apalagi jika membahayakan orang lain. Rasulullah SAW mengkategorikan orang yang tidak bisa menyimpan rahasia sebagai pendusta. Sabda Nabi “Cukuplah seseorang itu telah berdusta ketika ia mengungkapkan apa saja yang didengarnya” (HR. Muslim)
6. Berbicara sesuai dengan daya tangkap pendengarnya

Demikian pesan ini disampaikan semoga bermanfaat bagi kita semua.

* Disarikah dari serial Taujih dari Bidang Kaderisasi DPP PKS
Share this Article on :

Tidak ada komentar:

 
© Copyright PKS Kabupaten Madiun 2012 | Designed by Abuarsyad.